Senin, 16 Maret 2009
Jumat, 13 Maret 2009
Rohaniah
Sabtu, 14 Maret 2009 | |
Oleh: Joni Hendri, S.Pd MSi. Semakin beratnya beban hidup membuat banyak orang meresign kembali pola hidup ke arah religius. Orientasi selama ini yang materialistik, menimbang segala sesuatu berdasarkan keuntungan lahiriah dan uang, tak mampu mengobati kegersangan hati. Desakan ekonomi menyita waktu dan energi, sehingga kebutuhan rohani cendrung terabaikan. Kesadaran akan spiritualitas yang hilang telah menyentakkan jiwa manusia untuk beralih memberikan porsi yang lebih besar tarbiyah dan tazkiyah (penyucian) hati. Akhir-akhir ini kita lihat berbagai kalangan baik itu pegawai, buruh, mahasiswa, dosen, sampai eksekutif dan kaum elite mulai membangun diri, melakukan ritual mensucikan jiwa demi meraih ketenangan hati. Secara sistematis fenomena ini dikelola secara baik oleh beberapa ustadz yang konsen dengan tazkiyatun nafs. Ada ESQ, Manajemen Qalbu (MQ), Majelis Dzikir, dan Heart Intelegence (HI). Belakangan, pelatihan penyucian jiwa ini telah menjadi tren masyarakat kita. Larisnya event-event penyejuk qalbu ini, ditandai dengan antusias masyarakat mengikutinya, meskipun harus merogoh kocek lumayan besar. Selepas mengikungi training penyucian jiwa itu, memang ada perasaan lapang, dan kedekatan dengan Tuhan. Namun, melihat kondisi umat Islam yang terpuruk saat ini oleh serangan pluralisme, kemiskinan, tercerai berai dalam kelompok-kelompok, keterbelakangan, lemahnya kekuasaan, virus-virus penyamaan semua agama, dan hilangnya standar kebaikan, terbesit sebuah pertanyaan besar. Apakah bisa meraih kejayaan Islam hanya dengan solusi memperbaiki hati? Menurut penulis, ada hal yang lebih penting dan perlu mendapat perhatian serius. Maraknya aliran-aliran sempalan dalam Islam yang berhasil mempengaruhi banyak orang, kebinggungan umat ketika menghadapi tesis kesamaan agama yang menghilangkan semangat wala’ dan bara’ (benci dan cinta terhadap pemeluk agama non Islam), hilangnya patokan nilai dalam keseharian masyarakat sehingga kemaksiatan dianggap sebagai hal yang lumrah, merupakan indikasi lemahnya kekuatan fikir umat Islam. Term agama menyitir kondisi ini dengan sebutan dinamisasi negatif “minan nur iladz dzulmat”. Dalam kajian filosofis, fenomena ini mencerminkan kondisi krisis epistemologis (kaburnya pengetahuan). Epistemologi adalah salah satu cabang utama filsafat yang membahas tentang bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan yang benar. Berdasarkan pendekatan ini penulis akan menyampaikan bagaimanakah langkah-langkah yang mesti ditempuh dalam tazkiyatun al-fikr. Pertama, cek dan ricek sumber informasi. Ibaratkan komputer, akal manusia merupakan tempat penyimpanan berbagai macam data. Informasi yang direkam oleh otak bisa berasal dari apa yang dilihat, didengar, dan dibaca, baik itu dari ucapan seseorang, pengalaman, pengakuan, kesaksian, kabar, berita, atau dari media. Menurut para ulama, informasi dapat dikategorikan menjadi tiga, yang sudah pasti benar (al-maqthu’ bi shidqihi), yang sudah pasti dusta/palsu/salah (al-maqthu’ bi-kidzbihi), dan yang tidak dapat dipastikan benar atau salahnya (mala yuqtha’ bi-shidqihi wa la kidzbihi). Segala hal yang masuk ke otak akan diproses dan disimpan dalam file-file memori. Kumpulan informasi tersebut membentuk pengetahuan alam bawah sadar. Menurut Sigmund Freud, tokoh Psikologi terkemuka berkebangsaan Jerman, sebagian besar perilaku manusia didorong oleh pikiran alam bawah sadar ini. Ketika kita tidak selektif menerima berita maka, akan menjadi bumerang bagi stabilisasi alam bawah sadar (keyakinan, standar nilai, dan nurani). Kita mesti bisa membedakan mana kabar bohong, sekedar gosip, dan mana yang sahih. Salah-salah memilah, implikasinya sangat fatal bagi akal, karena ambiguisitas dalam hal ini akan membawa pikiran bervirus sehingga timbul kebinggungan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian langkah kedua yang mesti dilakukan untuk tazkiyatun al-fikr adalah memahami konsep dengan benar. Informasi yang diperoleh seseorang dapat berupa ide, dan ada yang telah berbentuk pernyataan. Untuk mengetahui kebenaran suatu konsep atau pernyataan, bisa memakai prinsip-prinsip logika. Misalnya, ada pernyataan dalam Al Qur’an, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa sallam adalah Nabi Terakhir. Maka logika yang muncul atas pernyataan ini adalah siapapun yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad berarti ia telah melakukan klaim yang tertolak. Contoh yang lain, ungkapan “Semua agama itu benar, karena sama-sama mengajarkan kebaikan. Banyaknya agama tak lebih sekedar perbedaan manusia dalam memahami kebenaran Tuhan. Tentunya ungkapan ini akan lebur jika kita masukan dalam kriteria logika principium identity, “Dua hal yang berbeda tidak bisa benar keduanya atau salah keduanya. Pasti ada salah satu yang benar.” Kemajuan yang dicapai oleh Barat lewat pengetahuan dan teknologi memang ditunjang oleh sikap mereka meremehkan dan meninggalkan agama (Kristen). Agama dianggap sebagai belenggu bagi berkembangnya kreatifitas manusia. Barat telah berhasil menguasai dunia dengan semangat mereka mempelajari ilmu. Namun, mereka gamang merancang sistem sosial karena individu terlalu bebas, dan kehilangan moralitas. Sebagai umat yang dimuliakan oleh Allah atas umat-umat lainnya, kita lebih layak memperoleh kejayaan dan kemakmuran. Dengan iman, ilmu, dan amal seharusnya umat Islam berada di garis terdepan. Menjadi trendsetter bukan malah tercecer dalam pergaulan global. Kenyataan menunjukkan bahwa umat Islam hingga hari ini masih dijajah secara epistemologis oleh Barat. Mindset kita disetting dalam bayang-bayang ideologi Barat, yang mereguk keuntungan atas kejahilan umat Islam. Oleh karena itu, selain terus memperbaiki hati melalui tazkiyatun nafs, upaya tazkiyatun al-fikr juga mesti dikembangkan. Karena hidup tak cukup dengan dzikir. Menjadi orang baik tentu mulia, tapi menjadi pintar adalah keharusan. Kita hidup di zaman dimana banyak musuh, yakni musuh-musuh serigala berbulu domba, yang menipu umat dengan menukarkan firman-firman Allah demi keuntungan dunia. Kekalahan dalam bidang apapun, sebenarnya berawal dari lemahnya pikiran. Letak keistimewaan manusia di antara ciptaan Allah lainnya adalah karunia akal pikiran. Dimensi rasionalitas inilah yang melandasi tanggung jawab manusia atas segala tindakannya, karena kekuatan akal telah memberikan barometer internal akan pertimbangan baik dan buruk. Dengan terus menerus meneguk telaga ilmu yang jernih dari Al Qur’an dan Sunnah Sahihah, melepaskan diri dari hegemoni virus pemikiran Barat, dan terus menerus belajar mengeksplorasi alam dengan ilmu dan teknologi, mudah-mudahan Allah berkenan meninggikan derajat kita, sebagaimana yang telah dijanjiNya. (***) Sumber : Mutiara Hikmah |
Kamis, 12 Maret 2009
Halaman Sains
Sains berarti ilmu, yaitu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu dan bersifat kohe-ren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
Neuron
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf.
Jumat, 06 Maret 2009
Instruktur TIK Pada Pelatihan Guru-guru
Pengalaman Jadi Instruktur TI
Kamis, 05 Maret 2009
Soal Sistem Pencernaan
Print dan jawab langsung di lembar soal dengan cara menyilangi jawaban yang dianggap benar dengan pensil ok..!!
Dan jawabannya juga juga dikirim melalui halaman komentar blok ini dan jangan lupa tulis nama pengirim.
Rabu, 04 Maret 2009
Alat Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, antara lain adalah:
Gbr. Sistem Pencernaan pada manusia
Mulut | Þ | Dilakukan pencernaan secara mekanik oleh gigi dan kimiawi oleh ludah yang dihasilkan Kelenjar Parotis, Submandibularis dan Sublingualis yang mengandung enzim Amilase (Ptyalin).
| ||||||||
Lambung | Þ | Dilakukan secara mekanik dan kimiawi, Sekretin yaitu hormon yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan sekretnya. Renin yaitu enzim yang mampu menggumpalkan Kasein (sejenis protein) dalam susu.
| ||||||||
Usus | Þ | Di dalam Duodenum terdapat getah pankreas (bersifat basa) yang mengandung Steapsin (Lipase), Amilase dan Tripsinogen. Enterokinase adalah suatu aktivator enzim. Dalam usus halus makanan diabsorbsi. Usus memperluas bidang penyerapan dengan melakukan jonjot usus (Villi). Dalam usus besar (Kolon), air direabsorbsi serta sissa makanan dibusukkan menjadi feses selanjutnya dibuang melalui anus (Proses Defekasi). |
Anatomy of cells
There are two types of cells: eukaryotic and prokaryotic. Prokaryotic cells are usually independent, while eukaryotic cells are often found in multicellular organisms.
Prokaryotic cells
The prokaryote cell is simpler than a eukaryote cell, lacking a nucleus and most of the other organelles of eukaryotes. There are two kinds of prokaryotes: bacteria and archaea; these share a similar overall structure.
A prokaryotic cell has three architectural regions:
- on the outside, flagella and pili project from the cell's surface. These are structures (not present in all prokaryotes) made of proteins that facilitate movement and communication between cells;
- enclosing the cell is the cell envelope - generally consisting of a cell wall covering a plasma membrane though some bacteria also have a further covering layer called a capsule. The envelope gives rigidity to the cell and separates the interior of the cell from its environment, serving as a protective filter. Though most prokaryotes have a cell wall, there are exceptions such as Mycoplasma (bacteria) and Thermoplasma (archaea)). The cell wall consists of peptidoglycan in bacteria, and acts as an additional barrier against exterior forces. It also prevents the cell from expanding and finally bursting (cytolysis) from osmotic pressure against a hypotonic environment. Some eukaryote cells (in plants and fungi) also have a cell wall;
- inside the cell is the cytoplasmic region that contains the cell genome (DNA) and ribosomes and various sorts of inclusions. A prokaryotic chromosome is usually a circular molecule (an exception is that of the bacterium Borrelia burgdorferi, which causes Lyme disease). Though not forming a nucleus, the DNA is condensed in a nucleoid. Prokaryotes can carry extrachromosomal DNA elements called plasmids, which are usually circular. Plasmids enable additional functions, such as antibiotic resistance.
Eukaryotic cells
Eukaryotic cells are about 10 times the size of a typical prokaryote and can be as much as 1000 times greater in volume. The major difference between prokaryotes and eukaryotes is that eukaryotic cells contain membrane-bound compartments in which specific metabolic activities take place. Most important among these is the presence of a cell nucleus, a membrane-delineated compartment that houses the eukaryotic cell's DNA. It is this nucleus that gives the eukaryote its name, which means "true nucleus." Other differences include:
- The plasma membrane resembles that of prokaryotes in function, with minor differences in the setup. Cell walls may or may not be present.
- The eukaryotic DNA is organized in one or more linear molecules, called chromosomes, which are associated with histone proteins. All chromosomal DNA is stored in the cell nucleus, separated from the cytoplasm by a membrane. Some eukaryotic organelles such as mitochondria also contain some DNA.
- Eukaryotes can move using cilia or flagella. The flagella are more complex than those of prokaryotes.
General principles
Each cell is at least somewhat self-contained and self-maintaining: it can take in nutrients, convert these nutrients into energy, carry out specialized functions, and reproduce as necessary. Each cell stores its own set of instructions for carrying out each of these activities.
All cells have several different abilities:[5]
- Reproduction by cell division: (binary fission/mitosis or meiosis).
- Use of enzymes and other proteins coded for by DNA genes and made via messenger RNA intermediates and ribosomes.
- Metabolism, including taking in raw materials, building cell components, converting energy, molecules and releasing by-products. The functioning of a cell depends upon its ability to extract and use chemical energy stored in organic molecules. This energy is released and then used in metabolic pathways.
- Response to external and internal stimuli such as changes in temperature, pH or levels of nutrients.
- Cell contents are contained within a cell surface membrane that is made from a lipid bilayer with proteins embedded in it.
Some prokaryotic cells contain important internal membrane-bound compartments,[6] but eukaryotic cells have a specialized set of internal membrane compartments.